Dalam hal ini saya mengambil sekularisasi dalam kehidupan dicontohkan
dalam kehidupan bernegara. Untuk
penjelasan lebih lanjut dapat dilihat di bawah ini :
Sekularisme
Dalam Kehidupan Bernegara
Dalam istilah politik, sekularisme
adalah pergerakan menuju pemisahan antara agama dan pemerintahan. Hal ini dapat
berupa hal seperti mengurangi keterikatan antara pemerintahan dan agama negara,
menggantikan hukum keagamaan dengan hukum sipil, dan menghilangkan pembedaan
yang tidak adil dengan dasar agama. Hal ini dikatakan menunjang demokrasi
dengan melindungi hak-hak kalangan beragama minoritas.
Sekularisme, seringkali dikaitkan
dengan Era Pencerahan di Eropa,
dan memainkan peranan utama dalam perdaban barat. Prinsip
utama Pemisahan gereja dan negara di Amerika
Serikat, dan Laisisme di Perancis, didasarkan
dari sekularisme.
Kebanyakan agama menerima
hukum-hukum utama dari masyarakat yang demokratis namun mungkin masih akan
mencoba untuk memengaruhi keputusan politik, meraih sebuah keistimewaan khusus
atau. Aliran agama yang lebih fundamentalis menentang sekularisme. Penentangan
yang paling kentara muncul dari Kristen Fundamentalis dan juga Islam
Fundamentalis. Pada saat yang sama dukungan akan sekularisme datang dari
minoritas keagamaan yang memandang sekularisme politik dalam pemerintahan
sebagai hal yang penting untuk menjaga persamaan hak.
Negara-negara yang umumnya dikenal
sebagai sekuler di antaranya adalah Kanada, India, Perancis, Turki, dan Korea Selatan, walaupun tidak ada dari negara ini
yang bentuk pemerintahannya sama satu dengan yang lainnya.
Masyarakat
Sekuler
Dalam kajian keagamaan, masyarakat
dunia barat pada umumnya dianggap sebagai sekuler. Hal ini dikarenakan kebebasan beragama yang hampir penuh tanpa sanksi
legal atau sosial, dan juga karena kepercayaan umum bahwa agama tidak
menentukan keputusan politis. Tentu saja, pandangan moral yang muncul dari
tradisi keagamaan tetap penting di dalam sebagian dari negara-negara ini.
Sekularisme juga dapat berarti
ideologi sosial. Di sini kepercayaan keagamaan atau supranatural tidak dianggap
sebagai kunci penting dalam memahami dunia, dan oleh karena itu dipisahkan dari
masalah-masalah pemerintahan dan pengambilan keputusan.
Sekularisme tidak dengan sendirinya
adalah Ateisme, banyak
para Sekularis adalah seorang yang religius dan para Ateis yang menerima
pengaruh dari agama dalam pemerintahan atau masyarakat. Sekularime adalah
komponen penting dalam ideologi Humanisme Sekuler.
Beberapa masyarakat menjadi semakin
sekuler secara alamiah sebagai akibat dari proses sosial alih-alih karena
pengaruh gerakan sekuler, hal seperti ini dikenal sebagai Sekularisasi.
Alasan-Alasan
Pendukungan Dan Penentangan Sekularisme
Pendukung sekularisme menyatakan
bahwa meningkatnya pengaruh sekularisme dan menurunnya pengaruh agama di dalam
negara tersekularisasi adalah hasil yang tak terelakkan dari pencerahan yang
karenanya orang-orang mulai beralih kepada ilmu pengetahuan dan rasionalisme dan menjauh
dari agama dan takhayul.
Penentang sekularisme melihat
pandangan di atas sebagai arogan, mereka membantah bahwa pemerintaan sekuler
menciptakan lebih banyak masalah dari pada menyelesaikannya, dan bahwa
pemerintahan dengan etos keagamaan adalah lebih baik. Penentang dari golongan
Kristiani juga menunjukkan bahwa negara Kristen dapat memberi lebih banyak
kebebasan beragama daripada yang sekuler. Seperti contohnya, mereka menukil Norwegia, Islandia, Finlandia, dan Denmark, yang
kesemuanya mempunyai hubungan konstitusional antara gereja dengan negara namun
mereka juga dikenal lebih progresif dan liberal dibandingkan negara tanpa
hubungan seperti itu. Seperti contohnya, Islandia adalah termasuk dari
negara-negara pertama yang melegal kan aborsi, dan pemerintahan Finlandia
menyediakan dana untuk pembangunan masjid.
Namun pendukung dari sekularisme
juga menunjukkan bahwa negara-negara Skandinavia terlepas
dari hubungan pemerintahannya dengan agama, secara sosial adalah termasuk
negara yang palng sekuler di dunia, ditunjukkan dengan rendahnya persentase
mereka yang menjunjung kepercayaan beragama.
Komentator modern mengkritik
sekularisme dengan mengacaukannya sebagai sebuah ideologi antiagama, ateis,
atau bahkan satanis. Kata Sekularisme itu sendiri biasanya dimengerti secara
peyoratif oleh kalangan konservatif. Walaupun tujuan utama dari negara sekuler
adalah untuk mencapai kenetralan di dalam agama, beberapa membantah bahwa hal
ini juga menekan agama.
Beberapa filsafat politik seperti Marxisme, biasanya
mendukung bahwasanya pengaruh agama di dalam negara dan masyarakat adalah hal
yang negatif. Di dalam negara yang mempunyai kepercayaan seperti itu (seperti
negara Blok Komunis), institusi keagamaan menjadi subjek di bawah negara
sekuler. Kebebasan untuk beribadah dihalang-halangi dan dibatasi, dan ajaran
gereja juga diawasi agar selalu sejalan dengan hukum sekuler atau bahkan
filsafat umum yang resmi. Dalam demokrasi barat, diakui bahwa kebijakan seperti
ini melanggar kebebasan beragama.
Beberapa sekularis menginginkan
negara mendorong majunya agama (seperti pembebasan dari pajak, atau menyediakan
dana untuk pendidikan dan pendermaan) tapi bersikeras agar negara tidak
menetapkan sebuah agama sebagai agama negara, mewajibkan
ketaatan beragama atau melegislasikan akaid. Pada
masalah pajak Liberalisme klasik menyatakan
bahwa negara tidak dapat "membebaskan" institusi beragama dari pajak
karena pada dasarnya negara tidak mempunyai kewenangan untuk memajak atau
mengatu agama. Hal ini mencerminkan pandangan bahwa kewenangan duniawi dan
kewenangan beragama bekerja pada ranahnya sendiri-sendiri dan ketka mereka
tumpang tindih seperti dalam isu nilai moral, kedua- duanya tidak boleh
mengambil kewenangan namun hendaknya menawarkan sebuah kerangka yang dengannya
masyarakat dapat bekerja tanpa menundukkan agama di bawah negara atau
sebaliknya.